Inilah Dua Imbas Langsung Mahalnya Tiket Pesawat Domestik

oleh
oleh

JAKARTA, VoiceMagz.com – Belakangan ini, muncul fenomena meroketnya harga tiket pesawat rute domestik yang lebih mahal ketimbang harga tiket ke luar negeri.

Warga Aceh bahkan berbondong-bondong membuat paspor untuk digunakan terbang ke Kuala Lumpur, Malaysia sebelum menuju Jakarta atau kota-kota lain di Jawa.

Ada dua imbas langsung akan fenomena ini. Pertama, imbas pada dunia usaha dan kedua pada sektor pariwisata.

Pemerintah diminta secepatnya mengendalikan harga tiket pesawat yang gila-gilaan ini agar tidak berimbas bahkan mematikan sektor usaha dan pariwisata.

“Tiket pesawat yang mahal bisa mematikan usaha yang telah berkembang di masyarakat termasuk industri pariwisata dengan berbagai sektor ikutannya,” kata pengamat ekonomi Unsyiah, Rustam Efendi seperti dilansir dari Serambinews.com, baru-baru ini.

Dikatakan Rustam, mahalnya harga tiket pesawat dari dan ke Aceh bisa berimbas minat kunjungan wisatawan baik nasional maupun luar negeri berkurang.

“Bayangkan saja, untuk sekali penerbangan dari Jakarta ke Aceh, dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia, misalnya harus merogoh kocek sampai Rp3 juta lebih. Ini tentu membuat orang berpikir ulang untuk melakukan perjalanan,” ujar Rustam.

Secara keseluruhan, lanjut Rustam, dampak mahalnya harga tiket pesawat melesukan bahkan membunuh berbagai usaha yang memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi.

“Jika itu terganggu tentu saja akan menambah jumlah pengangguran dan kemiskinan,” tandasnya.

Rustam juga mengamati fenomena di kalangan masyarakat Aceh sejak beberapa waktu terakhir yaitu menyiasati mahalnya harga tiket pesawat rute domestik dengan cara menempuh rute Banda Aceh-Jakarta via Kuala Lumpur. Dengan cara itu, harga tiket bisa dihemat hingga Rp2 juta.

“Meskipun bagi sebagian masyarakat itu dianggap sebagai solusi, namun tidak bisa dibiarkan karena masyarakat akan membelanjakan uangnya di Kuala Lumpur selama transit. Dalam setahun bisa mencapai puluhan miliar. Ini artinya semakin banyak uang dari Aceh mengalir ke luar negeri,” kata Rustam.

Menurutnya, yang jadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana maskapai asing seperti AirAsia bisa menjual tiket lebih murah dari maskapai nasional. Padahal jalur yang ditempuh lebih panjang.

“Saya pikir harus ada solusi secepatnya. Kalaupun sudah ada kesepakatan untuk menurunkan harga tiket pesawat oleh maskapai yang berhimpun di dalam wadah INACA, itu harus benar-benar pada harga yang wajar,” kata Rustam Efendi.

Sejumlah maskapai penerbangan yang tergabung dalam Indonesia National Air Carrier Association (INACA) sendiri telah menurunkan harga jual tiket pesawat rute domestik.

Sekretaris Jenderal INACA, Tengku Burhanudin mengatakan, Garuda Indonesia memangkas tarif tiket dari Aceh ke Jakarta hampir separuhnya dari Rp3,2 juta menjadi Rp1,6 juta.

“Contoh Banda Aceh-Jakarta misalnya yang tadinya Rp 3,2 juta itu Garuda kelihatannya akan membuat Rp 1,6 juta,” jelasnya.

Maskapai lain, Batik Air juga ikut menurunkan harga tiket penerbangan rute Banda Aceh-Jakarta hampir setengah harga. Batik Air juga memangkas tarif Jakarta-Bali menjadi Rp1,9 juta. Mulanya, tarif di jalur itu sebesar Rp 2,9 juta.

Namun sayangnya, kesepakatan maskapai penerbangan yang tergabung dalam INACA ini tak mendapat sambutan positif di Aceh.

Pasalnya, penurunan harga tiket domestik yang digembar-gemborkan turun sampai 60 persen, ternyata masih jauh dari harga penerbangan rute internasional.

Itu sebabnya, sebagian besar warga Aceh akan tetap memilih rute penerbangan internasional, Banda Aceh – Kuala Lumpur – Jakarta atau kota lainnya di Indonesia. (NVR)

No More Posts Available.

No more pages to load.