‘Rocker Balik Kampung’, Eksistensi Bermusik Atau Meneruskan Tradisi Budaya

oleh
oleh

JAKARTA, VoiceMagz.com – Membuat film komersil berlatar belakang budaya bukan perkara mudah. Di satu sisi bisa terjebak dalam alur yang membosankan, di sisi lain bisa hanya menjadikan latar belakang budaya itu hanya sebagai tempelan belaka.

“Bikin film budaya punya tanggungjawab bagi masyarakat. Treatement-nya adalah kita bikin cerita berlatar belakang budaya yang simpel dan enak untuk diikuti,” ujar produser film ‘Rocker Balik Kampung’, Nayaka Untara di Jakarta, Kamis (5/7).

Hal ini dikatakannya menyikapi kesiapan pihaknya memproduksi film ‘Rocker Balik Kampung’ yang diklaimnya akan banyak menampilkan latarbelakang budaya dan musik.

“Kami juga tak mau terjebak dalam frame film dokumenter biar nggak ngebosenin yang nonton,” ucapnya.

Film yang juga erat dengan latarbelakang musik ini karena mengangkat figur seorang penyanyi rock yang pulang kampung lantaran diminta pulang untuk mengurus kampung Sinar Asih ini dikatakan Nayaka juga akan 60-70 persen akan erat dengan unsur musik.

“Terutama musik tradisional yang ada dalam budaya Sunda,” papar Nayaka.

Di film ini, Winky Wiryawan berperan sebagai rocker bernama Joe Santani yang diminta sang ayah pulang kampung untuk mengemban tanggung jawab di kampung asalnya. Permintaan itu disanggupinya karena Joe memang sedang kehabisan ide kreatif dalam bermusik.

Bagi Winky sendiri, saat pertama kali disodori naskah film ini merasa janggal terhadap motif Joe Santani pulang kampung.

“Joe sudah jadi rocker sukses di kota dan banyak duit, tiba-tiba harus mau balik kampung untuk menjadi kepala desa. Misal kita lihat di kehidupan nyata, yang nyambung dikit seperti Pasha Ungu. Dia balik lagi ke daerahnya untuk menjadi walikota. Itu kan wajar, nah ini Joe jadi kepala desa, ngapain?” ucap Winky.

Namun, ia akhirnya paham saat mendalami naskah bersama sang sutradara Uli Rahman. Poin utama dari film yang idenya diambil dari kebudayaan Kasepuhan Sunda ini bukanlah rocker yang sudah buntu, nggak laku lagi lalu memutuskan pulang kampung. Tapi ada sebuah tradisi kebudayaan Sunda yang berusaha dijaga oleh keluarga Joe di kampung Sinar Asih dan harus diteruskan.

“Gue juga baru tahu bahwa ternyata Kasepuhan itu, nilainya setinggi Keraton (Yogyakarta) kalau di Jawa, dan turun temurun. Begitu syuting di Sukabumi, gue melihat bahwa begitu besar nilai (kebudayaan) itu. Gue sebagai orang yang lahir dan besar di Jawa Barat, nggak tahu hal itu,” ungkap Winky.

Dikatakannya, konflik film ini akan bermain diseputar hal di atas dengan dipertajam dengan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya terkait konflik adat.

Film besutan MHS Films ini selain melibatkan Winky Wiryawan, juga Shanjaya, Maryam Supraba, Bisma Karisma, Iang Darmawan, dan Budi Dalton. Rencananya akan dirilis di bioskop tanah air pada 12 Juli 2018 ini. (NVR)

No More Posts Available.

No more pages to load.